Wilayah Adat Saereri adalah wilayah adat suku-suku yang hidup di wilayah utara Provinsi Papua, khususnya di daerah pesisir. Kabupaten yang termasuk di dalam wilayah ini adalah Kabupaten Biak Numfor, Supiori, Kepulaun Yapen dan Waropen. Pemerintah Provinsi Papua menjadikan wilayah Saereri ini sebagai pusat pengembangan industri kelautan seperti rumput laut dan perikanan tangkap.
Suku Biak Numfor adalah suku bangsa yang mendiami kepulauan Biak yang terletak di utara Teluk Cenderawasih di Irian Jaya. Penjelajah Eropa dulu menyebut kepulauan itu Schouten Islands. Terdiri dari dua buah pulau besar, yaitu Pulau Biak dan Numfor, serta puluhan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Ada juga yang menyebut suku bangsa ini orang Nufur atau Mafur (Mafoorsch).
Nama Biak berasal dari kata v`iak. Mulanya merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Kata tersebut mengandung pengertian orang-orang yang tinggal di dalam hutan, orang-orang yang tidak pandai kelautan, seperti misalnya tidak cakap menangkap ikan di laut, tidak pandai berlayar di laut dan menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain.
Nama tersebut diberikan oleh penduduk pesisir pulau-pulau itu yang memang mempunyai kemahiran tinggi dalam hal-hal kelautan. Sungghpun nama tersebut pada mulanya mengandung pengertian menghina golongan penduduk tertentu, nama itulah kemudian diterima dan dipakai sebagai nama resmi untuk penduduk dan daerah tersebut. Lalu huruf “V” dibaca “B”, sehingga menjadi Biak.
Daerah penyebaran Suku Biak saat ini sangatlah luas, meliputi Pulau Biak, Supiori, Numfor, Padaido, Rani, Insumbabi, Meosbefandi, Ayau, Mapia, Doreri, Manokwari, Ransiki, Oransbari, Nuni, Pantai Utara Kepala Burung hingga ke Sorong, dan pulau-pulau Raja Ampat.
Orang Biak sejak dulu menyembah dewa persatuan dan pujaan mereka yaitu ’Manseren Koreri’ yang disebut’Manarmakeri’. Manarmakeri artinya suatu nama dimana panggilan penghinaan untuk orang tua yang berkudis, kadas, borok, dan kotor yang menyebabkan banyak orang jijik kepadanya.
Nama asli Manamakeri ialah Yawi Nusyado. Manamakeri selalu membuat tanda-tanda ajaib yaitu dapat menggantikan kulitnya yang berkudis, kadas, dan borok itu menjadi makanan dan harta kekayaan yang berlimpah ruah, ia dapat dipuja sebagai juru selamat.
Suku Baik Numfor mendapati daratan kepulauan ini amat tandus dan tidak baik untuk bercocok tanam dengan leluasa, karena itu sebagian besar mengandalkan mata pencahariannya kepada kegiatan menangkap ikan di laut dan sungai. Hanya di beberapa tempat mereka bisa menanam sayur, pisang, dan buah-buahan lainnya.
Pemerintah Provinsi menjadikan wilayah pengembangan Saereri sebagai pusat pengembangan budidaya rumput laut yang berada di Kabupaten Yapen, Supiori dan Biak. Wilayah Saereri juga dijadikan sebagai pusat pengembangan Perikanan tangkap yang di berada di Kabupagten Biak, Supiori, Kepulauan Yapen dan Kabupaten Waropen. Sebagai pusat pengembangan wisata kelautan dan kehutanan di tetapkan di Kabupaten Biak, Supiori dan Kepulauan Yapen.